Syaikh Dr. Abdul Muhsin al-Ahmad bercerita:
Salah seorang masyaikh menceritakan bahwa salah seorang dari mereka adalah seorang imam masjid. Syaikh (pencerita) ini menceritakan suatu kisah tentang imam masjid tersebut. Beliau berkata: sesungguhnya suatu ketika sang imam ini datang ke masjid (untuk solat subuh) dan kemudian dia mendengar suara berisik di dekat pintu masjid. Maka dia keluar untuk melihat ada apa disitu? Ketika sampai di pintu masjid sang imam ini melihat seorang lelaki sujud dengan sempurna di dekat sepatu-sepatu dan sandal-sandal (jamaah masjid) dan terdengar tangisan dari laki-laki ini.
Sang Imam berkata, “Aku heran kepadanya dan aku menyangkanya bahwa dia mungkin sedang tidak waras, bagaimana tidak, dia sujud ditempat seperti ini sementara ada tempat yang luas dan bersih di dalam masjid.”
Kemudian kembalilah Sang Imam ke masjid dan tibalah waktu sholat subuh dan bertakbirlah sang imam dan memulai solatnya. Kemudian Sang Imam melanjutkan ceritanya,
“Tiba-tiba aku mendengar suara tangisan yang keras di belakangku, namun demikian tetap kusempurnakan solat sampai akhir dan setelah itu aku berpaling ke belakang dan kudapati seorang lelaki tertelungkup menangis. Aku heran dan berbagai macam pertanyaan akan laki-laki ini berkecamuk dalam diriku dan juga muncul empati kepadanya. Maka kemudian aku mendatanginya dan ketika aku melihatnya (dari dekat) ternyata dia laki-laki yang sama yang menangis di dekat pintu masjid di sisi sepatu-sepatu jamaah tadi.
Maka aku sangat hairan dengan perkara lelaki ini maka aku bertanya kepadanya, ada apa dengan mu wahai saudara.. Aku melihatmu sujud di dekat sepatu-sepatu dan sekarang aku melihat mu disini penuh ketundukan kepada Allah.”
Akhirnya lelaki ini menceritakan kisahnya kepadaku, seraya berkata, “Baiklah aku akan ceritakan kisahku… Suatu kali aku mendengar hadis Rasulullah,
من صلى لله أربعين يوما في جماعة يدرك التكبيرة الأولى كتبت له براءتان براءة من النار وبراءة من النفاق ( الترمذي برقم 241 وضعفه الترمذي ، وحسنه الألباني
“Barang siapa solat ikhlas kepada Allah selama 40 hari dalam jamaah (di masjid), dia dapati takbir yang pertama (takbiratul ihram), maka dia akan dituliskan baginya lepas dari dua perkara: Lepas dari neraka dan lepas dari kemunafikan.” (H.R. At-tirmidzi no. 241 dan didhaifkan oleh Imam at-tirmidzi dan dihasankan oleh Imam al-Albani).
Maka aku menjadi termenung apakah aku bisa mendapatkan dua hal ini, lepas dari sifat munafik dan lepas dari neraka??? Hanya dengan menjaga takbiratul ihram bersama imam selama 40 hari??! Aku akan bersungguh-sungguh untuk melakukannya dan aku sudah melalui 39 malam, tidak tersisa kecuali satu malam saja. Akan tetapi pada fajar hari ke-40 aku ketiduran, ketika aku bangun kudapati masjid-masjid sudah mulai iqomah (tanda sholat segera ditegakkan), maka aku bangkit seperti orang gila, aku berwudhu, dan keluar serta menghampiri kenderaanku secepatnya. Aku berpindah dari satu masjid ke satu masjid lainnya. Demi Allah, aku menangis di dalam kenderaanku… Aku berkata, “Wahai Rabb-ku jangan haramkan aku dari kurnia-Mu, jangan haramkan aku dari dua hal (lepas dari kemunafikan dan neraka).
Akhirnya aku berputar-putar di antara masjid ke masjid kemudian kudapati masjidmu ini masih tenang (belum mulai solat), maka aku masuk ke dalamnya dalam keadaan gugup dan jantungku terasa sudah seperti sampai ke tengkorakku… Bagaimana keadaan jamaah? Apakah mereka berdiri? Tidak mungkin sujud? atau tidak mungkin ruku?… Saat itu, kudapati engkau sedang membaca Alquran, tidak ada yang bisa kulakukan untuk Rabb-ku selain bersujud di sisi sandal-sandal itu untuk Rabb-ku sebagai bentuk kesyukuranku kepada-Nya. Allah tidak mengabaikan cita-citaku… Akhirnya aku menyempurnakan 40 hari mendapati takbiratul ihrombersama imam..
Sumber: www.ahlalhdeeth.com
Diterjemahkan oleh Ustadz Farid Fadhilah
No comments:
Post a Comment